Jumat, 09 Oktober 2009

Mudik alias Pulang Kampung (continued)

Mumpung lagi ON nih kita lanjutin kisah mudik lebaran kemaren. Lanjutannya bakal lebih seru karena bener-bener membuat saya dan istri kebingungan. Gimana tidak? Setelah selesai melaksanakan Sholat Idul Fitri di Masjid dekat rumah, Firaas menangis tanpa tahu sebabnya.

Setiap bertemu dengan orang baru pasti Firaas menangis sejadi-jadinya. Yang namanya Idul Fitri tamu datang silih berganti sepanjang hari itu. Jadilah nangisnya tidak berhenti sampai jam sepuluh malam. Tidak hanya kami berdua yang bingung namun seluruh keluarga terutama Mbah Putri nya Firaas yang sibuk menggendong dan menenangkan Firaas. Akhirnya Mbah Putri-nya memintakan Do'a ke Kyai di dekat rumah, agar Firaas bisa dijauhkan dari gangguan makhluk halus. Sedikit serem kan, antara percaya dan ga percaya sih sebenarnya. Tapi memang ada keanehan, karena Firaas menangis tanpa keluar air matanya. Dan selalu berontak ketika di bacakan ayat suci al-Qur'an.

Dari Kyai tersebut Firaas dikasih air yang sudah di beri Do'a untuk diminumkan dan digunakan untuk membasuh mukanya. Tapi sepertinya usaha tersebut belum berhasil. Keluarga semakin bingung, akibatnya masing-masing saudara saya menghubungi sesepuh yang dianggap bisa mengatasi masalah tersebut. Kepercayaan orang tua dulu kalau anak kecil pergi jauh harus dibawakan air dan tanah dari tempat asalnya. Tapi dasar saya kurang percaya yang begitu-begitu maka saya tidak bawa, karena menurut saya tidak masuk di logika saya. Yang saya pikirkan adalah Firaas kecapekan karena perjalanan jauh, sedangkan ketika sampai di rumah Mbahnya semua saudara ingin menggendong dan mengajak berinteraksi. Mungkin inilah yang bikin Firaas histeris, karena belum bisa ngomong ya akhirnya cuma nangis.


Semuanya memberikan solusi yang berbeda-beda tapi Firaas masih menangis. Sampai akhirnya kami teringat seseorang yang dulu pernah membantu ayah saya, kami coba menghubunginya. Namun karena memang momentnya pas Hari Raya Idul Fitri, yang bersangkutan lagi mudik juga. Tapi memang dasarnya baik maka kami pun tetap dibantu meski hanya lewat sms dan telpon.

Dari do'a-do'a yang diberikan kepada kami, kami mencoba untuk melakukan dengan harapan Firaas bisa berhenti menangis. Dan akhirnya Firaas mau berhenti menangis setelah kami berdo'a kepada Allah SWT sesuai anjuran Pak Roni. Tepat jam sepuluh malam masalah pun teratasi.

Dan kami pun harus rela kehilangan moment silaturahmi hari pertama lebaran di Kampung. Tapi setidaknya ini memberikan pelajaran berharga bagi kami.

Wassalam

0 komentar:

 

Filsafat | Filsafat Pendidikan | House Designs | Le Pan Tablet | Gadget News | Daily Architecture | HD Wallpaper Backgrounds | High Resolution Wallpaper | Fashion Magazine |