Minggu, 04 Oktober 2009

Mudik alias Pulang Kampung

Memang tidak mudah untuk konsisten membuat postingan, buktinya bulan September berlalu tanpa sesuatu yang baru di blog saya. Banyak yang ingin dibagi sebenarnya tapi kesibukan menjelang dan sesudah lebaran sangat menyita waktu. Minimnya koneksi internet di kampung juga aktivitas silaturahmi di Hari Lebaran benar-benar membuat saya meniggalkan dunia maya untuk beberapa saat lamanya.

Sabtu 3 Oktober kemaren saya baru sampai di Bontang setelah 2 minggu menghabiskan liburan Lebaran saya di Salatiga dan Magelang. Berat rasanya untuk kembali ke Bontang karena saya benar-benar menikmati liburan kali ini. Ingin rasanya santai terus tapi tetap gajian, hehehehe.


Kali ini saya hanya mau bercerita sedikit mengenai liburan saya dan keluarga. Diawali dengan perjalanan darat yang sedikit kurang mengenakkan karena anak saya muntah-muntah terus selama perjalanan. Mungkin karena ini perjalanan jauh pertamanya sehingga benar-benar melelahkan. Sampai di bandara melihat orang tumpah ruah tangis anak saya semakin menjadi dan badannya panas. Alhasil saya harus membawa anak saya ke klinik yang ada di bandara.

Seolah tidak mau tahu, si kecil terus menangis dan dokter bandara menyarankan saya untuk menunda penerbangan. Setelah konsultasi dengan pihak Mandala, penerbangan saya tidak bisa ditunda. Tiket yang tersedia untuk besoknya pun sangat mencekik leher. Tapi memang jalan orang silaturahmi selalu dimudahkan oleh Allah, 30 menit sebelum boarding anak saya tertidur dan kami juga dibekali dokter dengan surat yang mengijinkan anak saya terbang setelah selama 2 jam dipantau perkembangannya di klinik bandara.

Sampai di dalam pesawat AC central belum nyala. Alhasil pesawat terasa panas sekali, ga ada bedanya ma naik angkot di kampung. Panasnya seperti di sauna sehingga anak saya terbangun dan kembali menangis. 1 Jam di dalam pesawat tidak berhenti menangis sampai akhirnya capek dan tertidur sendiri di sisa setengah jam perjalanan.

Sampai di Jogja, saya memutuskan untuk istirahat di hotel dan menunda perjalanan pulang ke salatiga. Saya hanya menunggu perkembangan anak saya saja dan tidak ingin memaksakan kondisi untuk segera pulang. Jam tujuh malam kondisi anak saya membaik, suhunya terbaca 37-an di thermometer yang kami bawa. Saya dan istri memutuskan untuk pulang dengan Taksi. Dalam perjalanan Alhamdulillah lancar dan anak saya bisa tertidur pulas. Tepat setengah sepuluh malam kami sampai di salatiga dengan selamat, disambut hangat oleh keluarga kami di rumah. Maklum mereka baru pertama kali melihat anak kami secara langsung.

Dan paginya saya bisa melaksanakan sholat Id di kampung halaman saya. Meskipun telat saya mengucapkan " Selamat Hari Raya Idul Fitri 1430 H, Mohon Maaf Lahir Bathin ".

0 komentar:

 

Filsafat | Filsafat Pendidikan | House Designs | Le Pan Tablet | Gadget News | Daily Architecture | HD Wallpaper Backgrounds | High Resolution Wallpaper | Fashion Magazine |